Aku telah melewati perjalanan hidup
di tahun 2013, kini aku memulai memasuki lorong 2014. Alhamdulillah, puji
syukur, tahun ini adalah tahun pertamaku menyandang status mahasiswa
4 Januari, aku resmi menjadi anggota
redaksi Medisina, ya Medisina.. seperti nama obat bukan? Karena memang,
Medisina adalah majalah milik keluarga besar Fakultas Kedokteran UGM. Awalnnya
aku ragu, apakah akan diterima di pilihan pertama. Pilihan pertamaku adalah
redaksi dan yang kedua adalah pro-art. Aku tidak pandai menulis, aku juga tidak
pandai menyusun kata-kata menjadi rangkaian kalimat yang cantik.
1 semester lalu, jam 7 pagi di
sebuah kawasan wisata Gunung Wisata Nglanggeran, Gunung Kidul menjadi saksi
bahwa aku resmi menjadi salah satu anggota keluarga besar AMSA UGM. Aku kira,
AMSA hanya sebuah angan bagiku. AMSA adalah organisasi khusus untuk orang-orang
keren, pikirku. Pasti sulit bagiku. Bermodal nekat, dan kemampuan basa-basi
yang pas-pasan, nyatanya aku bisa menembus gerbang AMSA. Sekarang, AMSA adalah
keluargaku di FK UGM, aku rasa inilah keluarga sesungguhnya, ketika aku tidak
bisa datang ke acara AMSA, kakak coviceku sangat rajin menghubungi, dan menanyakan
kabar ketika aku sakit. Social Environment, adalah divisi pilihan pertamaku.
Alhamdulillah, ladang beramal sangat terbuka lebar disini. Mudah-mudahan aku
bisa bermanfaat untuk orang banyak, lewat AMSA.
Badan Eksekutif Mahasiswa. Lagi-lagi,
karena namanya yang terdengar sangat mewah di telinga seorang mahasiswa baru,
aku tertarik untuk bisa bergabung menjadi salah satu pengurusnya. Rangkaian
ujian aku coba untuk kulewati, ini adalah organisasi yang tahap seleksinya
paling panjang! Disinilah, jiwa seorang calon tenaga kesehatan diuji. Bagaimana
tidak? Sebetulnya tantangan yang diberikan senior BEM tidak sulit, tantangan
yang paling sulit adalah diri kami sendiri, ya! diri kami sendiri dengan
berbagai sifat buruknya, salah satunya merasa lelah harus menunggu dan menunggu
tahap seleksi selanjutnya. Aku merasa bersalah ketika tidak bisa membantu
teman-teman yang berusaha keras berjualan makanan tiap pagi guna mengumpulkan
dana untuk acara kami. Acara perdana, calon pengurus BEM yang menurutku,
mereka, teman-teman BEM sangat keren, rela berjuang mati-matian demi acara ini,
demi membantu saudara kami di Desa Sri Martani, Piyungan, Bantul.